Indonesia yang tanahnya
membentang di bawah khatulistiwa memang surga yang keindahannya diakui dunia.
Negeri kita adalah surga biodiversitas dengan banyak belantara hijau memukau.
Di dalamnya ribuan aneka bunga cantik tersembunyi. Satu di antaranya yang
tercantik bernama Anggrek. Terdapat 4000-5000 spesies Anggrek yang hidup dan
tumbuh di alam Indonesia. Jumlah yang luar biasa besar ini menjadikan nusantara
kerap dijuluki The
Land Of Orchids dan kecantikan Anggrek Indonesia laksana zamrud di
khatulistiwa.
Pulau Kalimantan/Borneo
diyakini menjadi tempat dengan kekayaan Anggrek terbesar yakni mencapai 1400 spesies,
diikuti Sumatera dengan 1126 spesies, Jawa 769 spesies, Sulawesi 500 spesies,
Maluku 369 spesies dan Nusa Tenggara sekitar 200 spesies. Jumlah ini boleh
jadi akan bertambah jika tanah Papua dieksplorasi dengan sepenuh hati.
9 Januari
10 tahun yang lalu Indonesia resmi menetapkan bunga Anggrek sebagai salah satu
identitas nasional. Adalah Phalaenopsis amabilis,
Anggrek yang ditetapkan sebagai salah satu Bunga Nasional Indonesia menemani
bunga Padma (Rafflesia
arnoldi) dan Melati (Jasminum sambac). Melalui Keputusan Presiden No. 4 Tahun
1993, Phalaenopsis
diberi label istimewa bernama Puspa Pesona. Anggrek ini memang
mewakili pesona dan kecantikan Anggrek dan alam Indonesia secara keseluruhan.
Phalaenopsis
amabilis ditemukan oleh peneliti dunia bernama Carl Blume di
Nusa Kambangan, Jawa Tengah pada 1825. Laporan lain menunjukkan bahwa Rumphius
pada 1750 lebih dulu menemukan jenis ini di Indonesia Timur. Namun fakta
keduanya tak membantah kalau Phalaenopsis amabilis adalah bunga asli Indonesia yang kini
dikenal oleh masyarakat dunia. Phalaenopsis amabilis memang populer di dunia.
Popularitasnya bahkan telah menjulang jauh sebelum ditetapkan sebagai Puspa
Pesona Indonesia. Warna putihnya yang kuat, rupa bunganya yang eksotis serta
bentuk labellum yang khas membuat anggrek ini banyak dipilih sebagai induk
silangan untuk menghasilkan hibrida-hibrida unggul.
Tanpa mengenalinya
lebih dulu, bangsa ini akan sulit mencintai dan menjaga Anggreknya sendiri.
Bayangkan apa jadinya jika di sebuah perbukitan masyarakat menjadikan Anggrek
sebagai pakan ternak. Bayangkan apa jadinya jika di sebuah lembah Anggrek langka Indonesia hanya dianggap sebagai barang dagangan berharga
murah.
Hingga
kini, 10 tahun lewat semenjak 9 januari 1993 itu, kita masih sekedar berbangga
menyebut diri sebagai Negeri Anggrek Dunia, hanya sebatas mengulang 5000 jenis
Anggrek ada di Indonesia. Sementara kenyataannya tak benar-benar mengenali dan
cenderung tak peduli. Dalam buku pelajaran anak sekolah,
mengapa harus tulip, matahari atau mawar yang kerap dimunculkan sebagai
ilustrasi dan contoh untuk mengenal dunia tumbuhan. Kita punya Anggrek, bunga
nasional yang kecantikannya tak dimiliki oleh negara lain.
Ingatlah
negeri ini mendapatkan hadiah 5000 jenis Anggrek dari Tuhan. Hadiah untuk kita
kenali, jaga dan cintai. Mari mulai kenali lagi Anggrek Indonesia bukan sebatas
sebagai tanaman hias semata. Anggrek Indonesia adalah identitas, kekayaan yang
tak tergantikan dan seharusnya membanggakan. Walau kini kenyataannya
menyedihkan, di tanahnya sendiri, di negeri yang menjadikannya sebagai Bunga
Nasional, Anggrek justru masih menjadi anak tiri, Zamrud Khatulistiwa itu
terlupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar